English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Pembelajaran IPA yang Interaktif Dialogis


Pembelajaran yang lebih dikenal saat ini adalah pembelajaran interaktif dengan berbagai macam model, antara lain..

Jigsaw dan STAD. Walaupun CBSA sudah tidak terdengar disebut orang lagi, tetapi "guru sedikit bicara, Siswa banyak action" masih tampak melekat pada pembelajaran interaktif yang dilaksanakan guru yang sedang mengikuti diklat atau pembinaan.


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 tentang Guru pada Bab II Pasal 3 menyebutkan bahwa kompetensi pedagogik itu di antaranya adalah melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Dari segi dialog, guru yang mengajar dengan ceramah dan guru yang membelajarkan Siswa dengan pembelajaran interaktif, sama-sama suka berdialog. Akan tetapi,dalam pengamatan penulis dialognya sedikit dan baru dipermukaan saja.

Jika kita memperhatikan pembelajaran IPA di Jepang,guru-guru di Jepang yang diamati penulis lebih banyak bicara (berdialog dengan siswa-siswanya), daripada melepaskan siswanya untuk belajar berkelompok. Memang, guru di Jepang pada saat melaksanakan pembelajaran,juga banyak bicara. Akan tetapi,jika diperhatikan, pembicaraannya berbeda. Guru di Jepang banyak bicara untuk bertanya, sedangkan guru di Indonesia banyak bicara untuk menjelaskan.Di Jepang pun siswa dilepas untuk belajar secara berkelompok, tetapi diawali dengan dialog yang panjang dan mendalam.


Dialog antara guru dan siswa merupakan bagian penting dalam pembelajaran karena siswa masih memerlukan bimbingan dalam menentukan apa yang harus dipikirkan dan bagaimana memikirkannya.Dengan pertanyaan-pertanyaan dialogis guru dapat membimbing siswa untuk menyisir semua bagian fenomena yang saling berkaitan, bukan hanya pada bagian-bagian tertentu saja seperti terdapat pada LKS. Di samping itu, kemampuan siswa untuk menentukan fenomena apa yang harus dipikirkan dan bagaimana memikirkannya ditingkatkan.


Jika kita mengamati pembelajaran yang dilaksanakan di Jepang, kita akan mendapatkan pemikiran-pemikiran siswa yang padat dan mendalam. Pemikiran-pemikiran yang padat dan mendalam dari siswa-siswa itu terjadi karena guru terus-menerus mengajukan prtanyaan-pertanyaan yang mendalam. jadi, wajar jika dalam PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2003, siswa-siswa Jepang menduduki peringkat ke-2, sedangkan siswa-siswa Indonesia hanya menduduki peringkat ke-38 dari 41 negara peserta.


Dalam peningkatan mutu pendidikan, peningkatan hasil belajar siswa tidak dapat instan seperti pada penelitian, tetapi juga tidak akan lebih dari tiga bulan. Oleh karena itu, jika kita akan meningkatan hasil belajar siswa dengan PID (pembelajaran interaktif dialogis), pembelajaran akan memasuki masa transisi (peralihan dari ceramah ke dialog). Masa transisi merupakan masa peningkatkan prerequis yang dibutuhkan siswa untuk belajaran dengan PID karena itu akhir masa transisi ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Dari pengalaman rekan-rekan guru fisika, kimia, dan biologi SMA yang melaksanakan PID sejak Januari 2009, masa transisi itu rata-rata dua bulan.


Sesuatu yang baru yang ditemukan penulis adalah setelah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa (melewati masa transisi), rekan-rekan guru SMA itu tidak mau kembali ke pengajaran ceramah. Alasannya, jika kembali ke pengajaran ceramah, dikhawatirkan hasil belajar siswa menurun. Ini merupakan suatu peristiwa yang selama ini tidak pernah terjadi dalam dunia pendidikan IPA di negeri ini. Biasanya selama diklat atau pembinaan guru-guru melaksanakan pembelajaran interaktif, setelah diklat atau pembinaan itu selesai kembali ke pengajaran ceramah. Terima kasih kepada guru-guru SD Tsukuba Tokyo dan SMP Shijimizuka Hamamatsu Jepang.***
Penulis, widyaiswara PPPPTK IPA. -Pikiran Rakyat-

1 komentar:

  1. yang penting konsep belajar itu, menurut saya antara guru dan murid harus bisa berkomunikasi layaknya teman, dimanapun mereka berada gak hanya di sekolah...ok sobat

    BalasHapus